makalah ektomicoriza
MAKALAH
ektomikoriza
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
BISMI AKBAR ALAMIN
11.03.1.0661
Semester V (Lima)
UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA
FAKULTAS PERTANIAN
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Ektomikoriza menginfeksi permukaan luar
tanaman dan di antara sel-sel ujung akar. Akibat serangannya, terlihat jalinan miselia berwarna putih pada bagian
rambut-rambut akar, dikenal sebagai
hartig net. Serangan ini dapat menyebabkan perubahan morfologi akar. Akar-akar
memendek, membengkak, bercabang dikotom, dan dapat membentuk pigmen.
Infektivitas tergantung isolat dan kultivar
tumbuhan inang. Tumbuhan inangnya biasanya tumbuhan
tahunan atau pohon.
Beberapa di antaranya merupakan komoditi kehutanan dan pertanian seperti sengon, jati, serta beberapa
tanaman buah seperti mangga, rambutan, dan jeruk. Selain itu pohon-pohon anggota Betulaceae,
Fagaceae,
dan Pinaceae juga menjadi inangnya.
Pada umumnya ektomikoriza termasuk dalam Basidiomycota.
1.2
Rumusan masalah
1.
Apa saja pemanfaatan ektomikoriza ?
2.Faktor
apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ektomikoriza?
3.
Apa saja fungsi ektomikoriza?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
proses pemanfaatan ektomikoriza
2. Mengetahui
faktor yang berpengaruh terhadap ektomikoriza
3. Mengetahui
fungsi dari ektomikoriza
BAB II
PEMBAHASAN
A. MIKORIZA
Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik
antara cendawan (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Cendawan
mikorizamenyerang sistem perakaran , tapi dalam hal ini cendawan tidak merusak
inangnya melainkan memberi suatu keuntungan. Begitujuga cendawan mendapat
karbohidrat dan faktor pertumbuhan lainnya dari tanaman inang.
v Tipe-Tipe
Mikoriza
Berdasar
struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang dapat dibedakan menjadi:
1. Ektomikoriza
Akar yang kena infeksi biasanya membesar dan bercabang serta
rambut-rambut akar tidak diketumukan. Hifa tidak menyerang sel tetapi
hanya berkembang diantara dinding sel jaringan korteks. Rhizomorphs berfungsi
sebagai alat yang efektif untuk penyerapan unsur hara dan air. Akar ditutupi
seluruhnya oleh miselia yang biasa disebut dengan “fungal sheat” (mantel).
2. Endomikoriza
Perakaran yang terena infeksi tidak membesar. Hifa menyerang
kedalam individu sel jaringan korteks. Cendawan membentuk struktur lapisan hifa
tipis pada permukaan akar, tetapi tidak setebal mantel pada ektomikoriza.
Spesies yang populer adalah Glomus mosseae (Endogene mosseae).
3. Ektendomikoriza
Ektendomikoriza merupakan suatu bentuk intermediat antara
ekto dan endomikoriza. Adanya selubung tipis berupa jaringan Hargtig. Terdapat
hifa tebal intraseluler yang menggelembung. Kadang-kadang selubung tesebut
hilang. Hifa dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteksnya.
Penyebaran terbatas dalam tanah-tanah hutan yakni hanya dijumpai pada akar-akar
pohon hutan yang secara normal berektomikoriza
v
Teori-Teori Pembentukan Mikoriza
1. Teori Humus dan Mineral
Teori
humus ini mengatakan bahwa mikorizan adalah organ-organ yang berhubungan dengan
pemanfaatan humus hutan. Sedangkan teori garam mineral mengemukakan
tumbuh-tumbuhan yang tidak ma mpu menyerap sebagianbesargaram-garam
mineral karenaterbatasnya sistem perakaran dan tersedianyaunsur-unsur hara akan
membentuk asosiasi mikoriza.
2. Teori Karbohidrat Bjorkman
Dalam
teori ini dikemukakan bahwa pembentukan mikoriza sangat tergantung pada
tersedianya karbohidrat-karbohidrat sederhana yang berlebihan didalam akar
tumbuhan.
3. Teori Faktor “M”
Dari hasil
studinya tentang pembentukan jamur mikoriza pada potongan-potongan akar pinus
sylvestris ia berkesimpulan bahwa akar-akar pinus dapat mengeluarkan satu atau
lebih metabolit yang dapat merangsang pertumbuhan yaitu faktor “M”.
v Peranan
Hormon Pertumbuhan Dalam Pembentukan Ektomikoriza
Sejumlah zat yang dikeluarkan oleh myselia jamur-jamur menyebabkan bengkakan
akar pendek. Slankins (1971) menjelaskan bahwa keadaan fisiologis dalam
akar-akarmikoriza adalah salah satu darifaktor kondisi yang mempengaruhi
pembentukan hubungan simbiosis. Untuk mempertahankan keadaan fisiologis yang kusus
ini, jamurharus dapat menyediakan aliran auxin yang berkesinambungan kepada
akar-akar keil yang yang terinfeksi dan dosisnya harus tepat sehingga terbentuk
struktur morfologi yang khas.adanya konsentrasi N yang tinggi dapat menyebabkan
terhentinya simbiosis , keadaan ini oleh Sankins dihipotesakan bahwa
pembentukan struktur Mikoriza yakni terbentuknya suatu keadaan fisiologis yang
khas, dkendalikan oleh N melalui suatu interaksi jamur dengan Auxin.
v Manfaat
Dari Mikoriza
Meningkatkan penyerapan unsur hara
Meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan
Tahan
terhadap seranganpatogen akar
Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuhan
v Manfaat
Lain:
Mikoriza dapat menggantkan sebagian dari kebutuhan pupuk kira-kira 50% dari
kebutuhan fosfor, 40% dari kebutuhan Nitrogen dan 25% dari kebutuhan Kalium
untuk jenis Leucena leucocepala.
Mikoriza juga mampu mengekstrak Ca, Mg serta beberapa unsur mikro yang
biasanya bukan bagian dari pupuk buatan.
Sekali
tanaman terinfeksi oleh cendawan mkoriza maka manfaat akan diperoleh selama
hidupnya.
Pemakaian mikoriza merupakan keseimbangan ekologi, aman dipakai, tidak
mencemarillingkungan, dan berperan aktif dalam siklus hara.
v Asosiasi
Cendawan Ektomikoriza Dengan Inangnya
Studi biakan murni cendawan ektomikoriza, kebanyakan dari jenis-jenis yang
secara teratur dapat membentuk sporokarp, dengan dmikian jenisnya bisa
dikenali. Simbiosis mutualisme antara leguminosa dengan Rhizobium
merupakan suatu halyang spesifik ( Specificity), artinya suatu galur Rhizobium
yang dapat berasosiasi dengan suatu jenis pohon leguminosa, belum tentu dapat
berasosiasi atau membentuk bintil akar pada jenis leguminosa
lainnya.
Cendawan Cenonoecum graniforme dan Pisolitus
tiuctoritus merupakan contoh yang kurang spesifik asosiasinya, dimana kedua
jenis cendawan ini dapat berasosiasi dengan banyak jenis dari Gymnospermae
dan angiospermae. Jenis cendawan Boletus elegans nmerupakan contoh yang
paling spesifik asosiasinya yaitu dengan Larix spp.
Adanya spesifitas dan tingkat asosiasi merupakan hal yang penting dalam
hubungannya dengan introduksi jenis-jenis ponbhon “exotic” (asing) dalam
rangka program reboisasi. Untukitu diperlukan cendewan mikoriza yang
cocokdanspesifik untuk menjamin keberhasilan program reboisasi tersebut. Dalam
rangka pengembangan dan aplikasi pohon cendawan perlu dilakukan
seleksi terhadap jenis-jenis yang cocok dan efektif.
v Fisiologi
Cendawan Ektomikoriza
Tidak semua cendawan Ektomikoriza memperoleh karbon dari gulasederhana yang
disediakan oleh inangnya. Seperti yang dikemukakan oleh Julich (1981), bahwa
pada umumnya cendawan ektomikoriza tumbuh paling baik pada media yang berisi
karbohidrat sederhana. Seperti glukosa dan manosa. Walaupun demikan
beberapajenis cendawan mampu menggunakan karbohidrat yang lebih kompleks
seperti alkohol, manitol dan sorbitol serta beberapa poli sakarida tertentu
seperti sukrosa, selubiosa, dan maltosa. Selain gula sederhana.beberapa
cendawan ektomikoriza membutuhkan zat tumbuh seperti vitamin B1 (Thiamin), Biotin
dan salah satu dari “moieties”, pirimidin atau thiazole.
v Proses
Infeksi dan Pembentukan Ektomikoriza
Ektomikoriza hanya terbentuk pada daerah-daerah khusus yakni di antara ujun
akar dan daerah korteks yang hampir mati. Olehkarena itu inokulasi mikoriza
lebih baik dilakukan pada saat pohon dalam fase semai (anakan). Infeksi
dpat terjadikarena adanyapersaingan antara aar yangbermikoriza dengan akar lain
didekatnya yang tidak bermikoriza. Infeksi terjadi pada anakan (semai) yang
tumbuh pada tanah yang mengandung cendawan mikoriza. Akar yang baru muncul
kontak dengan benang-benang hifa, kemudian terjadi penetrasi hifa dan
terbentuklahjaringan Hartig.
Terdapat dua pola infeksi yang dilakukan oleh cendawan mikoriza pada akar
inangnya yakni pola infeksi primer dan pola infeksi sekunder. Infeksi primer
akan tampak pada anakan yang baru ditulari. Pada saat daun pertama muncul, hifa
akan terbentuk padainduk akar dan penetrasi intra seluler akan terbentuk
pada saat protoxilem muncul di dalam xilem.
Proses penetrasi inter-seluler didalam akar dapat terjadi secara mekanis
dan secara kimia. Secara fisik dapat dilakukan apabila diamter hifa lebih
kecil dari pada diameter celah antara dinding sel. Secara kimia dapat dilakukan
apabila diameter hifa sama atau lebih besar ukurannya dari celah-celah dinding
sel sehingga akan mengeluarkan suatu enzim yang berfungsi untuk menghancurkan
dinding sel agar hifa dapat masuk diantara sel.
v Pengambilan
Unsur Hara oleh Mikoriza
Suspensi Spora
Teknik penularan mikoriza dengan spora oleh DeLa Cruz (1982)
diuraikan sebagai berikut: 2 gram spora kering dicampur dalam 1liter air dan
ditambahkan beberapa tetes tween 20. Tiap anakan cukup di inokulasi dengan dua
tetes suspensi dari inokulum yang dilakukan pada anakan yang berumur 2
minggu setelah berkecambah. Inokulum diberikan lebih kurang 2 cm dekat
batang, sedalam 2-3 cm. Akar mikoriza akan terbentuk 2-3 bulan setelah
inokulasi. Dengan cara ini 1000 ml suspensi dapat menginokulasi sekitar 10.000
anakan. Keuntungan dari metode ini karena spora tidak tidak memerlukan
perpanjangan fase pertumbuhan dalam fase aseptik.
Kapsul
mikoriza
Spora mikoriza kering yang diperoleh dari sporokarps
Pisolitus, Rhizopogon dan Scleroderma dicampur dengan tepung kayu dan arang
sebagai “carrier” kemudian dimasukkan kedalam gelatin kapsul yang dapat
diperoleh di apotik. Kapsul yang telah diisi dengan spora mikoriza dapat
diinokulasikan langsung pada media pot pada saat penyapihan anakan ke kantong
plastik. Inokulasi dengan cara membenamkan kapsul sedalam 2-3 cm dengan jarak
kurang lebih 1-2 cm dari batang. Kapsul akan hancur 2-3 hari dan akan
melepaskan spora mikoriza, yangkemudian akan berkecambah dekat permukaan akar
dan infeksi atau terbentuknya mikoriza akan tampak 3 bulan setelah inokulasi.
B. MIKORIZA VESIKULA-ARBUSKULA
v Struktur
Umum
Mikoriza vesikula-arbuskula sejauh ini merupakan macam
mikoriza yang paling banyak dijumpai. Akar yang terinfeksi umumnya tidaknya
menunjukkan tanda morfologi yang mudah dikenali seperti ektomikoriza. Banyak
mikoriza vesikula-arbuskula penampilannya tidak berbeda dengan akar-akar yang
tidak terinfeksi, yaitu benar-benar tidak berubah bentuk dan mempunyai
rambut-rambut akar. mikoriza vesikula-arbuskula mempunyai dua macam organ yang
terdapat didalam jaringan akar yang terinfeksi yaitu vesikula dan arbuskula.
Hifa tidak bersekat dari cendawan mikoriza
vesikula-arbuskula bercabang-cabang didalam dan diantara sel-sel korteks akar.
Hifa ini tidak termasuk ke jaringan stele atau jaringan yang mengandung
klorofil. Didalam sel-sel yang diinfeksi dibentuk gelung-gelung hifa atau
cabang hifa yang kompleks yang dinamakan arbuskula. Sedangkan struktur
menggelembung yang dibentuk dari interkalar atau apikal sering kali dijumpai
pada hifa-hifa utama, strukturini dinamakan vesikula. Kadang-kadang vesikula
ukurannya sangat besar dan berdinding tebal, dan mengubah bentuk sel-sel atau
ruang-ruang interseluler tempat vesikula itu berkembang umumna vesikula di
bentuk setelah setelah arbuskula. Biasanya vesikula-vesikula menjadi ebih
banyak dengan bertambah dewasanya tanaman.
v Penyebaran
Mikoriza Vesikula-Arbuskula pada Tumbuhan
Mikoriza vesikula arbuskula terdapat pada kebanyakan
Angiospermae, beberapa Gymnospermae, Pteredophyta, dan Bryophyta.Gerdemann
mengemukakan ada 14 family yang hampir tidak atau tidak bermikoriza,
diantaranya adalah Cruciferea, Chenopodiceae,Caryophyllaceae, Polygonaceae, dan
Juncaceae. Kebanyakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi seperti Graminaeae
dan leguminasae umumnya bermikoriza. Tumbuhan lain yang dilaporkan terinfeksi
oleh mikoriza vesikula-arbuskula ialah anggur, apel, bawang, coklat, cowpea,
jeruk, kapas, karet, kedelai, kopi, nanas, padi gogo, pepaya, selada, singkong,
dan berbagai umbi pohon hias.
v Cendawan
Mikoriza Vesikula-Arbuskula
Cendawan mikoriza vesikula-arbuskula termasuk kedalam famili
Endogonanceae, ordo Mucorales, kelas Zigomucetes. Cendawan ini merupakan
simbion obligat atau tidak dapat ditumbuhkan pada medium sintetik yang tidak
ada tanaman inangnya. Gerdemann dan Trappe mengklasifikasikan cendawan mikoriza
vesikula-arbuskula mejadi empat macam genus yaitu Glomus, Gigaspora,
Acaulspora, dan Sclerocystis. Dari keempat genus ini telah diketahui 17 spesies
yang membentuk mikoriza vesikula-arbuskula, dan jumlah ini bertambah terus
dengan bertambahnya spesies dan bahkan genusnya. Klasifikasi diatas di dasarkan
pada ciri-ciri bentuk spora dan hifa pembawa, sruktur dinding spora, cara
perkecambahan spora, susunan spora didalam sporokarp.
v Pengaruh
Mikoriza Vesikula-Arbuskula Terhadap Penyerapan Fosfor Tanaman Dan Pertumbuhan
Mikoriza sangat penting peranannya bagi tanaman terutama
pada tanah-tanah yang kandungan fosfornya rendah. Adanya perbaikan fosfor yang
tersedia di dalam tanah dan jenis tanamannya. Dalam membicarakan mekanisme
pengambilan unsur hara fosfor oleh tanaman bermikoriza ada tiga komonen yang
perlu di perhatikan yaitu tanah, tanaman, dan cendawan. Terjadinya peningkatan
penerapan fosfor pada tanaman yang bermikoriza ini ditentukan oleh (1) spesies
tanaman, keperluan tanaman akan fosfor dan kemampuan tanaman untuk menggunakan
fosfor tanah dengan sebaik-baiknya, (2) kandungan fosfor dalam tanah, (3)
infeksi mikoriza yang bergantung pada tanaman dan adaptasi cendawan pada tanah
lingkungan, serta (4) efisiensi spesies cendawannya. Semua fosfor diambil
apakah melalui simbion ataukah langsung oleh akar tanaman semuanya memang
berasal dari akar tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza menggunakan
sumber fosfor tanah yang sama seperti akar yang tidak bermikoriza. Namun
mikoriza dapat menyerap fosfor tanah lebih banyak dariakar yang tidak
bermikoriza. Percobaan dengan tanah-tanah yang kahat fosfor menunjukkan bahwa
tanaman bermikoriza dapat menyerap fosfor 100 kalilebih besar walaupun akarnya
hanya dua kali lebih berat dibandingkan dengan tanaman bermikoriza.
v Fungsi
Lain Mikoriza Vesikula-Arbuskula
Pengambilan hara selain fosfor oleh akar yang bermikoriza
dapat juga bertambah. Penambahan fosfor akan mengurangi jumlah tembaga dan seng
yang diserap oleh tanaman. Demikian juga pengambilan sulfur akan bertambah pada
tanaman yang bermikoriza vesikula-arbuskula. Masalah salinitas merupakan salah
satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman, tanaman yang bermikoriza lebih
tahan terhadap salinitas dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza.
Tanaman yang bermikoriza mempunyai interaksi yangkhusus
dengan patogen. Tembakau yang bermikoriza mendapat serangan Thielaviopsis
basicola yang kurang dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza. Cendawan
mikoriza vesikula-arbuskulamenghambat pembentukan klamidospora patogen baik
secara in vivo dan in vitro.
Fungsi
lain dai mikoriza vesikula-arbuskula ialah dalam pengendalian erosi didaerah
berpasir. mikoriza vesikula-arbuskula berkolonisasi sangat efektif pada
pasir-pasir. Miselium eksternalnya membentuk agregat, mungkin cendawannya
menghasilkan zat perekat yang terdiri dari polisakarida.
v Introduksi
Mikoriza Vesikula-Arbuskula
Dalam pengelolaan tanaman, introduksi cendawan mikoriza
vesikula-arbuskula yang baru akanmemberi kesempatan tanaman untuk mengambil
fosfor dari tanahdengan lebih baik. Macam mikoriza vesikula-arbuskula yang
diintroduksi ialah mikoriza vesikula-arbuskula yang menghasilakan area hifa
yang per unit yang dinfeksi lebih luas. Beberapa peneliti menyatakan ada
cendawan mikoriza vesikula-arbuskula yang dapat mengambil fosfor lebih besar
dari pada cendawan mikoriza vesikula-arbuskula yang ada dilapang.
C. MIKORIZA VESIKULA-ARBUSKULA
Mikoriza Vesikula-Arbuskula (MA) merupakan satu kelopok
jamur tanah biotrof obligat yang tidak dapat melestarikan pertumbuhan dan
reproduksinyabila terpisah dari tanaman inang. Cendawan ini dicirikan oleh
adanyastruktur vesikel dan atau arbuskel. Vesikel merupakan struktur berdinding
tipis berbentuk bulat, lonjong atau tidak teretur. Struktur
inimengandungsenyawa lipid. Arbuskel merupakan struktur dalam akar berbentuk
seperti pohon berasal dari cabang-cabang hifa intraradikal setelah hifa cabang
menembus dinding sel korteks, dan berbentuk antara dinding sel dan membran
plasma. Pada akhir-akhir ini penggunaan tekhnik molekuler telah digunakan,
selain teknik-teknik konvensional.
v Mekanisme
Penyerapan Fosfat
Beberapa hipotesis dikemukakan oleh Tinker (1975) tentang
penyerapan P salah satunya hifa dalam tanh mengabsorbsi P dan mengangkutnya ke
akar-akar yang dikolonisasi, dimana P ditransfer ke inang bermikoriza, sehingga
berakibat meningkatnya volume tanah yang dapat dijangkau oleh sistem akar
tanaman. Rhodes dan Gerdemann (1980) membagi
proses bagaimana hara dipasok ketanaman oleh cendawan MA menjadi tiga fase:
1.
Absorbsi hara dari tanah oleh hifa eksternal.
2.
Translokasi haradari hifa eksternal ke miselium internaldalam akar tanaman
inang.
3.
Pelepasan hara dari miselium internal ke sel-sel akar.
P diangkut melalui hifaeksternal dalam bentuk polifosfat.
Adanya granul polifosfat dalam vakuola hifa teah di buktikan melalui elektron
mikroskop (Cox et al, 1975).
v Penyebaran
Cendawan MA terdapat dari berbagai ekosistem. Penyebaran
cendawan MA ini sangatluas diseluruh dunia, mulai dari artik sampai daerah
tropis (gerdemann, 1968), dan tidak hanya pada habitat darat tetapi juga pada
habitat air (Sondergard and Laegard, 1977). Sieverding (1991) mengkompilasi
data dari Brazil, Kolombia dan Zaire tentang keanekaragaman cendawan MA (jumlah
spesies cendawan MA) dan mendapatkan pada ekosistem alami 16-21 spesies,
ekosistem pertanian dengan masukan rendah 10-15 spesies, dan ekosistem
pertanian intensif dengan masukan tinggi 6-9 spesies. Data ini emberikan
indikasi bahwa keanekaragamnan spesies cendawan MA menurun dari ekosistem alami
ke ekosistem pertanian dengan masukan tinggi.
v Teknologi
Produksi Inokulan
Cara yang paling umum dipakai untuk memperbanyak inokulan
cendawan MA adalah dengan kultur pot dimana cendawan MA tertentu yang telah
diketahui keekfetifannya diinokulasikan padatanaman inang tertentu pada medium
padat yang steril. Berbagai macam bahan padat seperti tanah, pasir, zeolit,
expanded clay, dan gambut yang banyak digunakan sebagai medium pertmbuhan/bahan
pembawa.
v Inokulan
Spora
Bila spora yan akan digunakan sebagai inokulan maka produksi
dapatdilakukan dalam kultur pot dengan menggunakan bebagai tanaman inang
padamedium tanah steril. Berbagai tanaman yang dapat dipakai sebagai tanaman
misalnya jagung, rumput bahia, rumput guinea, kirinyu, sorghum, sirstro, dan
sebagainya. Spora yang akan digunakan harus benar-banar spora murni dari suatu
spesies tertentu. Ini hanya mungkin diperoleh bila betul-betulberasal dari
suatu spora tunggal. Penggunaan lebih dari satu spora untuk menginokulasi
tanaman inang mungkin menghasilkan spora dari spesies cendawan MA yang berbeda,
karena dua spora yang kelihatannya sama belum tentu memilki sifat genetis
yag sama. Bila spora yang dipakai sebagai inokulan maka inokula dapat dihitung.
v Inokulan
Akar Bermikoriza
Penyediaan inokulan dalam bentuk akar masih lebih praktis
dari pada inokulan spora. Yangdiperlukan adalah tanaman inang yangsangat
responsif terhadap cendawan MA terpilih dan memiliki sistem akar dengan massa besar. Akar tanaman
inang dipanen setelah dicek terlebih dahulu apakah memiliki presentase
kolonisasi mikoriza dan intensitas infeksi yang tingggi. Akar bermkoriza pada
waktu panen dipisahkan dari medium tumbuh lalu dicuci dan disteril dirmukaan
dan kemudian dipotong-potong halus (1-2 mm). Segmen-segmen akar inilah
selanjutnya yang diinokulasikan pada lubang tanaman.
v Inokulan
Campuran
Apa yang dimaksud dengan inokulasi campurandalam makalah ini
adalah inokulan yang mengandung kombinasi spora, hifa, dan akar bermikoriza.
Pembuatan inokulan campuran dapat dilakukan dengan kultur pot yang berisi tanah
atau substrat lain yang steril. Tanah steril ini selanjutnya diinokulasi dengan
cendawan MA unggul dan ditanami dengan tanaman yang sesuai. Pada waktu panen
akar dipisahkan dan diproses seperti pada pembuatan inokulan akar.
Segmen-segmen akar ini selanjutnya dicampur rata kembalidengan mediaum
tumbuhnya. Inokulan campuran ini pada akhirnya mengandung propagul yangmeliputi
spora, akar terkolinisasi dan hifa.
v Perbanyakan
Cendawan Ma Pada Tingkat Petani
Cendawan MA adalah simbion obligat yang tidak dapat
diperbanyak secara aksenik di fermentor seperti halnya jenis mikroba pupuk
ayati lainnya. Teknologi ini dapatditeruskan kepada petani dengan cara produksi
insitu. Petani memperbanyak sendiri inokulan pada luasan tanah tertentu sebelum
waktu tanam. Penyuluh pertanian dapat membimbing mereka dan institusi tertentu
menyediakan starter inokulan yang akan diperbanyak petani.
v Ketergantungan
Terhadap Cendawan Ma
Berbagai tanaman bebeda ketergantungannya terhadap cendawan
MA.Ketergantungan tanaman terhadap mikoriza diartikan sebagai tingkatan
ketergantungan terhadap kondisi mikoriza untukmenghasilkan pertumbuhan atau
hasil pada suat taraf kesuburan tanah tertentu (Gerdemann, 1975). Pada umumnya
hubungan simbiosis antara tanaman dan cendawan dapat dikatakan tidak spesifik
tapi memiliki spektrumyna luas. Artinya suatu spesies cendwan MA
dapat mengkolonisasi dan efektif terhadap lebih satu jenis tanaman
tertentu. Tanaman dengan akarbesar lebih tergantung pada mikoriza dari pada
tanaman dengan sistem perakaran yang memiliki rambutbanyak dan panjang.
Perbedaan ketergantungan antara berbagai jenis tanaman dapat digolongkan
menjadi besar, medium dan kecil. Cendawan MA dapat bersimbiosis dengan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan industri.
v Peranan
Potensial Cendawan MA
Kolonisasi akar kedelai oleh cendawan MA dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil kedelai serta konsentrasi P tanaman kedelai. Selain itu
juga dapat meningkatkan nodulasi, dan fiksasi N. Perbaikan
hara karena simbiosis dengan cendawan MA tidak hanya terbatas pada fosfat,
tetapi juga pada unsur lain. Simanungkalit dan lukiwati (2001) yang Callliandra
calothyrsus dengan cendawan Mamendapatkan kenaikan bobot kering tajuk, tinggi
tanaman, serapan N, P, S, dan Zn. Inokulasi inimenaikkan nilai nutrisi
dari tanaman Calliandra.
v Mikoriza
Sebagai Pembenah Tanah
Mikoriza berpengaruh terhadap agregasi tanah (Tisdall and
Oades, 1979). Terutama ini dipengaruhi oleh persenase agregat tanah
dengan ukuran >2mm,yang lebih tinggi pada tanaman yang di inokulasi mikoriza
dari pada yang tidak diinokulsi. Adanya miselium cendawan MA yang dilapisi oleh
zat berlendir (Glomalin) menyebabkan partikel-pertikel tanah melekat satu sama
lain. Dengan kemampuan seperti disebutkan di atas simbiosis tanaman dengan
cendawan MA dapat meingkatkan stabilitas tanah.
v Mikoriza
Sebagai Pereduksi Stres Abiotis
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa MA dapat
meningkatkan tolerensi tanaman terhadap kekeringan. Perbaikan toleransi tanaman
bermikoriza terhadap stres air dapat disebabkan oleh peninkatan kondktivitas
hidroulik, laju transpirasi yang kecil persatuan luas, adanya ekstraksi air
dari tanah ke potensi yang lebih rendah, pemuihan tanaman yang lebih cepat dari
stres air, P tanah yang lebih baik. Dari hasil-hasil enelitianyang ada
berkaitan denan toleransi terhadap cekaman kekeringan ini, kelihatannya ada dua
kubu yaitu: yang mengatakan perbaikan nutrisi P sebagai penyebab peningkatan
toleransi dan yang mengakui adanya pengaruh-pengaruh yang bersifat nonnutrisi
yang dapat terjadi (Auge,2001)
v Peran
Mikoriza Pada Sistem Pola Tanam
Populasi mikoriza pada sisem pola tanam dapat berbeda karena
pebedaan ketergantungan tanaman terhadap mikoriza. Oleh karena adanya perbedaan
ketergantungan jenis tanaman yang ditanam pada suatu rotasi, maka
pengelolaannya haruslah sedemikian rupa sehingga keberadaan berbagai jenis
tanaman padalahan tersebut dapat mempertahankan jumlah populasi mikoriza tetap
tinggi.
v Peran
Mikoriza Dalam Merehabilitasi Lahan-Lahan Terdegradasi
Di Jepang inokulan cendawan MA sudah digunakan paling
berhasil untuk penanaman kembali (revegetasi) lahan-lahan yang dirusak oleh
aktivitas gunung berapi. Berbagai bekas tambang dan industri sudah tidak
memiliki lagi lapisan atas (top soil), sehingga tidak ada vegetasi lagi yang
tumbuh. Oleh karena itu inokulasi tanaman-tanaman yang di gunakan untuk
revegetasi lahan-lahan terdegradasi ini dengan cendawan MA sangat dibutuhkan.
v Praktek
Pertanian Yang Merugikan Perkembangan Cendawan Ma
Penggunaan pupuk dan insektisida pada pertanian konvensional
dapat mempengaruhi perkembangan simbiosis mikoriza arbuskuler dalam tanah. Oleh
karena itu ada batas maksimal pemberian dosis pupuk P untuk berfungsinya simbiosis
secara optimal. Infeksi mikoriza dan pertmbuhan tanaman bawang perai menurun
nyata karena tetesan fungisida metalaxil di tanah (jabai-Hare dan Kendrick,
1987).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mikoriza
merupakan kelompok fungi(jamur) yang dapat bersimbiosis dengan beberapa
tumbuhan tingkat tinggi. Beberapa tumbuhan sangat bergantung dalam hal
pertumbuhan terhadap mikoriza, sebaliknya mikoriza juga memerlukan akar
tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Mikoriza juga berperan dalam rantai
makanan rizosfer akar dan memacu pertumbuhan hampir semua jenis pohon. Mikoriza
juga dapat dimanfaatkan ke dalam dua bentuk teknik yaitu sterilisasi dan teknik
inokulasi. Dalam teknik sterilisasi ada dua macam yaitu teknik media dan
benih. Sedangkan dalam teknik inokulasi meliputi ektomikoriza dan endomikoriza.
Pertumbuhan mikoriza pun dipengaruhi beberapa faktor sepertu suhu,pH tanah,
cahaya, ketersediaan unsur hara dan sebagainya. Fungsi mikoriza bermacam-macam
diantaranya berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen
akar, sebagai konservasi tanah, dan juga dapat mempertahankan keanekaragaman
tumbuhan.
3.2
SARAN
Sebelum
ada kata terlambat dan kita bakal didahului oleh negara lain yangakan
mengekspor mikoriza ‘eksotik’ ke Indonesia, dan belum tentu kompatibeldengan
jenis komoditi tanaman hutan tropis Indonesia, sebaiknya kita harusmengambil
langkah-langkah nyata untuk segera mengaplikasikan mikoriza ‘asli’dari hutan
tropis Indonesia, yang jelas mampu beradaptasi dengan kondisi local. Mikoriza
super strain dapat melawan dan meminimasi laju kerusakan hutan yang meningkat
setiap tahunnya, dengan cara membantu pertumbuhan tanaman yang telah
bermikoriza pada lahan-lahan hutan yang terdegradasi di bekas areal
pertambangan, padang
alang-alang, dan lahan rawa-gambut dengan pola partisipatif dari masyarakat
sekitar hutan. Diharapkan dengan input teknologi ini, lahan hutan terdegradasi
akan menciut dan ekosistem hutan tropis menjadi pulih kembali, sehingga
keterpurukan ekonomi Indonesia
dan bencana-bencana alam yang datang silih berganti dapat berhenti sampai di
sini saja. Selanjutnya perekonomian kita bangkit kembali khususnya ekspor legal
komoditi kehutanan Indonesia
kembali berjaya di perdagangan internasional. Kita harus berani mempromosikan
dan menjual produk hasil hutan kayu maupun bukan kayu yang berasal dari input
teknologi mikoriza yang ramah lingkungan dan berasal dari hutan yang dikelola
secara lestari.
Komentar
Posting Komentar